Eksistensi Pop Culture dalam Ritual Pra-Pernikahan di Era Post-Truth

Indri Muflikhatul Khoiriyah

Sari


Abstrak

Spektrum glorifikasi era post-truth antara modernitas dan globalisasi kian berkembang menggiring nalar maupun opini dalam segala lingkup kehidupan masyarakat. Salah satu budaya yang tumbuh beriringan dengan berkembangnya teknologi adalah pop culture (budaya pop). Melalui media massa sebagai representasi pop culture di era post-truth yang tidak tidak memiliki landasan teoritis yang jelas dan mengedepankan emosi serta keyakinan personal dibandingkan dengan bukti objektif,  kemudian memunculkan tendensi tren ritual pra-pernikahan sebagai pergulatan identitas atau eksistensi diri pada masyarakat. Diskursus mengenai ritual pra-pernikahan ini, fokus kajiannya adalah bagaimana eksistensi pop culture dalam ritual pra-perkawinan, sekaligus bagaimana ritual pra-perkawinan di era pos-truth.

Jenis penelitian ini adalah penelitian  field research dan bersifat kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan filosofis. Metode library research digunakan untuk mengatahui pergulatan eksistensi pop culture dalam ritual pra-pernikahan di era post-truth.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah ritual pra-pernikahan merupakan produk dari pop culture sebagai tren terkini. Secara konsensus berkaitan dengan representasi eksistensi diri, memiliki relasi dengan media sosial, menjadikan masyarakat konsumtif, dan hanya untuk keuntungan komoditas. Selain itu, ritual pra-pernikahan sebagai ritual eksistensi yang muncul karena pengaruh masifnya media masa dan teknologi, maka ritual tersebut sebagai produk dari pop culture di era post-truth.

Kata kunci: Pop Culture, Ritual Pra-pernikahan, Post Truth.


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Annisa Istiqomah. (2020). Ancaman Budaya Pop (Pop Culture) Terhadap Penguatan Identitas Masyarakat Urban.” Jurnal Politik Walisongo 2:48, doi: 10.21580/jwp.v2i1.3633.

Ardial. (2010). Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Bumi Aksara.

Ariel Heryanto. (2012). Budaya Populer di Indonesia: Mencairnya Identitas Pasca-Orde Baru. Jalasutra.

Ariesta Amanda. (2019). Konsumerisme Prewedding (Strategi Komunikasi Bisnis Industri Foto Prewedding). Jurnal Acta Diurna 15: 82. doi: 10.20884/1.actadiurna.2019.15.1.1577.

Arlene Hamilton Stewart. (1995). A Bride’s Book of Wedding Traditions. William Morrow.

Aurellie Atta, https://youtu.be/ddmbaxwsUuM, diakses pada 19 Februari 2024.

Ball, J. (2016). Post-Truth: How Bullshit Conquered the World. Ebury Press

Bandarsyah, D. (2019). Fondasi Filosofis Pendidikan Sejarah di Era Post-truth. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3(1).

Beth Montemurro. (2002). You Go ‘Cause You Have to”: The Bridal Shower as a Ritual of Obligation,” Journal Symbolic Interaction 25: 69. doi: 10.1525/si.2002.25.1.67.

DiMaggio, P. and Powell, W. (1991). The New Institutionalism in Organizational Analysis. Universitas Chicago Press.

Dominic Strinati. (2003). Popular Culture Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Bentang Budaya

Fathul Wahid, Musa Asy’arie, Haryatmoko. (2018). Etika Media Sosial di Era Post-Truth’’ (Diskusi publik, Jogjakarta, 18 Desember 2018). https://www.youtube.com/watch?v=eF0dieNrSE8, diakses: 19/02/2024 Pkl. 20.00 WIB.

Garlans Peter. (2009). Jangan Menjadi Budak Uang. Guepedia.

Gobber, G. (2019). The scarlet letter of “post-truth”: the sunset boulevard of communication. Church, Communication and Culture, 4(3), 287–304. https://doi.org/10.1080/23753234.2019.1665468

Heather Grenier. (2010). The Bride & Groom’s Wedding Checklist & Planner Guide. Atlantic Publishing Group, Inc.

Ibnu Wardani, https://vt.tiktok.com/ZSRPNXpRR/, diakses 19 Februari 2024

Indri Muflikhatul, K. (2022). Budaya Pop dalam Ritual Pra-Perkawinan: Perspektif Etika Islam.

Irene Santika Vidiadari & Rebekka Rismayanti. (2022). Bridal Shower in Yogyakarta: The Shifting of Meaning and the Shaping of Social Class. Journal Aristo 10: 114-115, diakses 26 Juli 2022, doi: 10.24269/ars.v10i1.4044.

Kharisma Dhimas, S. (2017). Etika Media di Era ‘Post-Truth’. Jurnal Komunikasi Indonesia V, no. 1, (April 2017): 76 (https://scholarhub.ui.ac.id/jkmi/vol6/iss1/8 DOI: 10.7454/jki.v6i1.8789)

Lesti Chanel, https://youtu.be/fHTT4m2OxV8, diakses 18 Februari 2024.

Maudy Ayunda, https://www.instagram.com/p/CeNTzS-PY-I/?gshid=MDJmNzVkMjY=, diakses 18 Februari 2024

Michael HB Raditya. (2014). Selfie dan Media Sosial pada Seni sebagai Wujud Eksistensi. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik 18: 32 doi: 10.221.46/jsp.13096.

Michael O’brein & Norman Sibley. (1995). The Photographic Eyes: Learning See With a Camera. Davis Publication.

Philip Kotler & Gary Amstrong. (2016). Principles Of Marketing. Pearson Education.

Ramanda Dimas, S, D. (2018). Hiperealitas dalam Fenomena Foto Prewedding di Bali. Jurnal Senada: 264.

Ricis Official, https://youtu.be/v2HZKbWusLw, diakses 19 Februari 2024.

Risky Chairani P. (2019). “Produksi Budaya dalam Wedding Planner pada Masyarakat Urban.” Jurnal Kawistara Universitas Gadjah Mada. 267-285. doi: 10.22146/kawistara.43156.

Sandi, S. (2011). Pengantar Culture Studies. Ar-Ruzz Media.

Sue fox. (2010). Wedding Equette for Dummies. Wile Publishing, Inc.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta.

Thompson, E. (2002). The Soundscape of Modernity: Architectural Acoustics and The Culture of Listening in AmeriCa 1990-1933, MA: MIT Press.

Tracy Leigh. (2007). How to Plan Your Own Wedding and Save Thousands without Going Crazy. Atlantic Publishing Group.

Vicki Howard. (2006). Brides, Inc: American Weddings and the Business of Tradition. University of Pennsylvania Press.




DOI: https://doi.org/10.57210/trq.v4i01.288

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


PUBLISHED BY :

Rumah Jurnal STAI Sufyan Tsauri Majenang

Jl. KH. Sufyan Tsauri Majenang 53257 Cilacap
» Tel / fax : (0280) 623562

    

INDEXED BY :

 

LICENSE POLICY :

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.